Kenaikan BBM
oleh Ahmad Khoirul Basyar
Kenaikan
BBM terjadi sejak hari Selasa, 18 November 2014. Banyak protes terjadi dimana
pun, mulai menginginkan penurunan kembali BBM sampai menurunkan Presiden
terpilih. Sebagai seorang mahasiswa yang sedikit belajar mengenai keenergian
saya melihat ada ketidakbenaran dalam hal ini.
Penggunaan
BBM di Indonesia menurut Bapak Rovicky berada pada daerah moderately efficient
dengan produktivitas rendah. Artinya penggunaan bahan bakar kita tidak lah
membantu manusia-manusia di Indonesia untuk memperoleh keuntungan berupa uang
atau kegiatan bermanfaat. Penggunaan BBM di Indonesia masih digunakan untuk
kebut-kebutan di jalan, atau males jalan dan menggunakan motor untuk
berkegiatan. Hal itu sangat disayangkan karena BBM merupakan energy yang lama
dalam proses pembaruan. Butuh waktu ber juta-juta tahun untuk membentuknya.
Reservoir di Indonesia rata-rata berumur Miosen akhir sampai pliosen (7 juta
tahun yang lalu) dengan cadangan terbukti hanya sekitar 3,7 miliar barel (Partowidagdo,
2011). Selain itu dalam pengambilan atau eksploitasi minyak dan gas Bumi bisa
dianalogikan mencari sehelai rambut ditengah lumpur, susah dan penuh
ketidakpastian. Akan tetapi, biaya dalam eksploitasinya begitu mahal, satu
sumur kira-kira memiliki biaya sekitar 2 juta dolar amerika per sumurnya.
Begitu mahal sehingga harga juga mahal. Saat ini harga minyak mentah dunia
berkisar pada nilai 81 dolar amerika per barelnya atau bisa dikatan
Rp6.200,00/liter. Minyak tersebut pastinya perlu diolah dan dijadikan premium
atau pertamax (versi Pertamina). Sehingga harga minyak bisa jadi menjadi
Rp9000,00/liter.
Selama
ini BBM kita disubsidi, artinya harga yang dijual lebih murah dari harga
sebenarnya. Hal tersebut bertujuan untuk menyelamatkan masyarakat kecil dari
tingkat inflasi yang tinggi. Akan tetapi dalam kenyataannya pengguna BBM 53%
digunakan oleh warga perkotaan yang notabennya merupakan pengguna mobil dan
motor. Oleh karena itu bisa dikatakan subsidi ini salah sasaran. Perlu suatu
terobosan dan keberanian pemerintah untuk merubah manusia Indonesia untuk
penggunaan BBM ini. Salah satunya yaitu dengan menaikkkannya. Hal tersebut
pertama akan berakibat, inflasi naik akibat naiknya harga distribusi barang
tetapi akan mengurangi tingkat pembelian BBM. Bisa jadi masyarakat yang awalnya
suka menggunakan motor dan mobil mulai mengurangi dalam penggunaannya dan
beralih menuju transportasi publik. Selain itu dari sisi APBN, penggunaan APBN
untuk subsidi BBM dapat dialokasikan menuju hal yang lebih tepat seperti
peningkatan infrastruktur sosial (sekolah, rumah sakit, balai pengobatan, dll)
atau infrastruktur umum (jalan, rel kereta, bandara, dll) atau bahkan
program-program lain yang akan lebih tepat untuk membantu masyarakat kecil.
Di sisi lain ngga semua wilayah punya angkutan umum yg nyaman praktis gt syar. Minim kyk jakarta punya transjakarta lah atau kl bs malah diadain mrt. Bahkan surabaya angkutnya cuman ada bis kota sm len, itupun rutenya rumit. Manusia dasarnya apa2 pengen praktis kan? Kmrn ada wacana mau ada mrt eh dibatalin proyeknya. Kl misal angkutan umum dr pmerintah udh memadai, orang bakal milih ngga pke kndaraan pribadi kok.
ReplyDelete