Sunday, November 23, 2014

Mahakam Back to Pertamina

Mahakam Back to Pertamina
by Ahmad Khoirul Basyar

Last week, Indonesia decided to erase the subsidies of gasoline. Whether it is good or bad decision, we should believe our government that policy will bring our nation to the good era of energy. Another news of energy is Mahakam block which is developed by TOTAL EP on 2017 will give it back to Pertamina with 2 alternatives. First, it gives back 100% to Pertamina. Second, joint mechanism with TOTAL and the compensation Pertamina will get the TOTAL’s block overseas. Both of the contracts are good for our energy storage.
Mahakam is one of the oil and gas field which is big and geological identic in Indonesia. Mahakam is a delta system which is sedimentation dominated by river and tidal waves. Mahakam have a potential for oil more than 50 million barrel and gas among 2.5 TCF (Trillion cubic feet) in the last of 2017. It will be helping our energy consumption. However, the big potential have big problem too. Pertamina needs a technology which is supported to exploit the hydrocarbons more deeper than now. Pertamina will be agree with high pressure and high temperature (HPHT) condition. That’s a challenge for engineer, because when we solved the problem we may get more hydrocarbons than the prediction. Otherwise, Mahakam is a big field, a lot of block have not explored yet. Thus, there will be another hydrocarbon potential for us.
How if we do not get 100% of Mahakam Block? We got compensation from TOTAL and have the right to develop TOTAL block overseas. By developing block overseas, our energy storage will be increased. Besides that, the portfolio of Pertamina will be added and help them for being global energy company.    




Friday, November 21, 2014

Kenaikan BBM

Kenaikan BBM
oleh Ahmad Khoirul Basyar

Kenaikan BBM terjadi sejak hari Selasa, 18 November 2014. Banyak protes terjadi dimana pun, mulai menginginkan penurunan kembali BBM sampai menurunkan Presiden terpilih. Sebagai seorang mahasiswa yang sedikit belajar mengenai keenergian saya melihat ada ketidakbenaran dalam hal ini.

Penggunaan BBM di Indonesia menurut Bapak Rovicky berada pada daerah moderately efficient dengan produktivitas rendah. Artinya penggunaan bahan bakar kita tidak lah membantu manusia-manusia di Indonesia untuk memperoleh keuntungan berupa uang atau kegiatan bermanfaat. Penggunaan BBM di Indonesia masih digunakan untuk kebut-kebutan di jalan, atau males jalan dan menggunakan motor untuk berkegiatan. Hal itu sangat disayangkan karena BBM merupakan energy yang lama dalam proses pembaruan. Butuh waktu ber juta-juta tahun untuk membentuknya. Reservoir di Indonesia rata-rata berumur Miosen akhir sampai pliosen (7 juta tahun yang lalu) dengan cadangan terbukti hanya sekitar 3,7 miliar barel (Partowidagdo, 2011). Selain itu dalam pengambilan atau eksploitasi minyak dan gas Bumi bisa dianalogikan mencari sehelai rambut ditengah lumpur, susah dan penuh ketidakpastian. Akan tetapi, biaya dalam eksploitasinya begitu mahal, satu sumur kira-kira memiliki biaya sekitar 2 juta dolar amerika per sumurnya. Begitu mahal sehingga harga juga mahal. Saat ini harga minyak mentah dunia berkisar pada nilai 81 dolar amerika per barelnya atau bisa dikatan Rp6.200,00/liter. Minyak tersebut pastinya perlu diolah dan dijadikan premium atau pertamax (versi Pertamina). Sehingga harga minyak bisa jadi menjadi Rp9000,00/liter.
Selama ini BBM kita disubsidi, artinya harga yang dijual lebih murah dari harga sebenarnya. Hal tersebut bertujuan untuk menyelamatkan masyarakat kecil dari tingkat inflasi yang tinggi. Akan tetapi dalam kenyataannya pengguna BBM 53% digunakan oleh warga perkotaan yang notabennya merupakan pengguna mobil dan motor. Oleh karena itu bisa dikatakan subsidi ini salah sasaran. Perlu suatu terobosan dan keberanian pemerintah untuk merubah manusia Indonesia untuk penggunaan BBM ini. Salah satunya yaitu dengan menaikkkannya. Hal tersebut pertama akan berakibat, inflasi naik akibat naiknya harga distribusi barang tetapi akan mengurangi tingkat pembelian BBM. Bisa jadi masyarakat yang awalnya suka menggunakan motor dan mobil mulai mengurangi dalam penggunaannya dan beralih menuju transportasi publik. Selain itu dari sisi APBN, penggunaan APBN untuk subsidi BBM dapat dialokasikan menuju hal yang lebih tepat seperti peningkatan infrastruktur sosial (sekolah, rumah sakit, balai pengobatan, dll) atau infrastruktur umum (jalan, rel kereta, bandara, dll) atau bahkan program-program lain yang akan lebih tepat untuk membantu masyarakat kecil.